Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan dan mencontohkan zikir untuk mengingatkan jiwa akan kebesaran dan keagungan Allah di setiap pagi dan petang. Kalimat tauhid terangkai indah dengan doa. Permohonan terlantun dari lisan, menuntun jiwa untuk menghayatinya.
Simak keterangan Ibnul Qayyim berikut ini.
“Ketika seorang hamba di pagi dan petang harinya tidak memiliki tekad kecuali Allah semata, maka Dia akan menanggung semua kebutuhannya. Dia akan menjamin dari segala hal yang menyedihkannya, melapangkan kalbunya untuk mencintai-Nya, menuntun lisannya untuk berzikir menyebut-Nya, dan membimbing badannya dalam ketaatan kepada-Nya.
Adapun jika seorang hamba di pagi dan sore harinya hanya bertekad untuk dunia, Allah akan menyerahkan padanya kesedihan dunia, kegundahan, dan kesulitannya. Allah menyerahkannya kepada dirinya sendiri (Allah tidak akan menolongnya). Kalbunya pun akan terpenuhi dengan kecintaan terhadap makhluk. Tidak ada ruang lagi untuk cinta kepada Allah. Tidak sempat lisan berzikir karena terus menyebut tentang mereka. Sibuk badannya untuk berkhidmat melayani mereka daripada untuk beribadah pada Allah.
Siapa saja yang berpaling dari penghambaan kepada Allah, ketaatan pada-Nya, dan kecintaan-Nya, dia akan tertimpa musibah berupa penghambaan kepada makhluk, melayani mereka, dan cinta kepadanya. Allah berfirman,
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ ٱلرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُۥ شَيْطَٰنًا فَهُوَ لَهُۥ قَرِينٌ
“Barang siapa yang berpaling dari mengingat Ar-Rahman, Kami jadikan baginya setan menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az-Zukhruf: 36)
(Al-Fawaid hlm. 81, Faidah Jalilah no. 43)
Artikel keren lainnya: